Breaking News
Loading...
Minggu, 31 Maret 2013

Info Post


TERNYATA, beternak kambing tidak begitu sulit. Ternyata, beternak kambing sama sekali tidak capek. Ternyata, beternak kambing itu mudah. Ternyata, ternyata, dan ternyata lainnya kami dapatkan dari kunjungan kami ke peternakan kambing pakan fermentasi milik Kang Dirkam, Banyumas.

Betapa tidak, untuk memberi pakan 53 ekor kambingnya, Dirkam hanya perlu ngarit rumput seminggu sekali. Padahal, setahu kami hanya untuk memberi pakan 5 ekor kambing saja, tetangga kami harus jungkir balik mencari rumput ke 7 penjuru mata angin. Apa pasal? Berikut ulasannya.

Mengisi libur akhir pekan, hari Minggu lalu (16/5), LE Semerlang Cinangsi bersama Karang Taruna Cinangsi, Cilacap, dan Komunitas Pecinta Wedhus Dudu Sapi (WDS) Cingebul, Banyumas berkunjung ke sentra peternakan kambing pakan fermentasi milik Dirkam Al Fatkhuddin di Desa Cihonje, Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. Di peternakan ini, kambing diberi pakan rumput hasil fermentasi yang sudah diperkaya dengan berbagai macam nutrisi lengkap. Tak aneh, jika kambing-kambing peliharaan Kang Dirkam begitu gendut dan menggemaskan.

Kami semakin takjub ketika mengetahui kambing berjumlah 53 ekor itu hanya diurus Kang Dirkam seorang. Kami bertanya-tanya, dengan cara apa Kang Dirkam memberi pakan ternaknya. Soalnya kami tahu, Kang Dirkam, sang pemilik, kesibukannya sungguh luar biasa. Selain sebagai pengajar sekaligus pengurus sebuah yayasan pendidikan di Banyumas, peternak satu ini kerap diundang untuk mengisi pelatihan pertanian dan peternakan organik ke berbagai tempat. Praktis, hanya pada akhir minggu dia memiliki waktu untuk mencari pakan utama ternaknya, rumput. Bagi peternak biasa, boleh dibilang ini adalah Mission Impossible. Mencari rumput seminggu sekali untuk 53 ekor kambing, sungguh sulit dinalar.

“Itulah fungsi pakan fermentasi yang sudah diperkaya dengan nutrisi lengkap. Kebutuhan pakan ternak bisa terukur. Tidak berlebih dan tidak kekurangan. Pekerjaannya enteng, karena per ekor kambing hanya butuh makan 2 kilogram per hari. Dengan pakan rumput segar biasa, seekor kambing butuh makan antara 7 hingga 10 kilogram rumput segar”, kata Kang Dirkam.

Ayah 3 anak ini menuturkan sejak kecil sudah berkenalan dengan hewan memamah biak satu ini. Jadi, dia sudah begitu akrab dengan hewan terpopuler di masa Idul Adha ini. Dulu, dia mengenang, tiap hari demi memberi pakan 4 ekor kambingnya Kang Dirkam rela blusukan di Hutan Lindung milik Perhutani. Lebih dari jumlah itu, tentu pekerjaan makin berat. Makanya, ketika sudah mulai mengajar dan akhirnya menjadi pengurus sebuah yayasan pendidikan, ditinggalkannya usaha memelihara kambing. “Saya kesulitan mencari waktu untuk memberi makan kambing,” ujarnya.

Namun, di sela kesibukannya, Dirkam tetaplah Dirkam, seorang anak desa tulen. Dia memelihara Ayam Sayur dan berkebun. Hingga setahun lalu, dia mulai belajar teknik pembuatan pakan fermentasi. Setelah dipikir memungkinkan, Kang Dirkam memulai dengan memelihara 20 ekor kambing di areal pertanian seluas 1 hektar miliknya.

Tanah seluas ini terdiri tanah basah dan kering. Tanah basah ditanami padi, sedangkan tanah kering ditanami jeruk. Saat ini bahkan jeruknya sudah mulai berbuah untuk pertama kalinya di usia 3 tahun. “Saya sedang belajar mengelola pertanian integral,” tambahnya.

Kandang kambing dibangun di sekeliling pinggiran kebun jeruk. Di sela tanaman jeruk, kolam lele yang terbuat dari terpal plastic berjejer rapi. Lahan yang tidak ada kolamnya ditanami rumput sataria, salah satu rumput hibrida kesukaan kambing. Kami sampai geleng-geleng kepala melihat pemandangan ini. Indah bukan main. “Terkadang saya malas pulang. Rasanya sangat betah di kebun,” tuturnya.

Di tempat ini, kami mulai belajar bagaimana membuat pakan fermentasi dan nutrisi. Rumput fermentasi dalam pengalaman Kang Dirkam bisa bertahan hingga 8 bulan. Namun dalam teorinya, pakan ini bisa bertahan lebih dari setahun.

Namun, Kang Dirkam mengaku belum pernah membuktikannya. 8 bulan adalah waktu terlama yang pernah dibuktikannya. “Soalnya, setiap kali belum habis, saya sudah membuat lagi. Makanya yang paling lama yang usianya 8 bulan dari proses pembuatan,” katanya.

Drum plastik yang biasa dipakai untuk menampung air diletakkan di bagian depan kandang. Memanjang berderet. Di drum plastik ini Kang Dirkam memproses rumput fermentasi. Proses pembuatan hingga jadi dibutuhkan waktu 1 bulan. Dengan perhitungan 1 minggu untuk pembuatan nutrisi dan penumbuhan mikroba pengawet. 3 minggu sisanya untuk proses fermentasi.

Sebetulnya kami masih ingin berlama-lama di kebun Kang Dirkam. Namun, demi melihat hari menjelang sore, kami terpaksa menyudahi kunjungan itu. Merasa pengetahuan kami soal pakan fermentasi beserta nutrisinya belum lengkap, kami berencana menindaklanjuti kunjungan ini dengan pelatihan pembuatan pakan ruminansia fermentasi dan pertanian organik. Kesimpulan kami dari kunjungan ke peternakan ini hanya satu, ternyata beternak kambing itu asyik. (*)

2 komentar:

  1. Mau cari kambing untuk bibit atau investasi, kambing jawa randu harga mulai 800rban bligon mulai 1.2jtan, PE mulai 1.7jtan, stok ada, HUBUNGI 083840733532 / 081325971678 / 2263F90E MELAYANI DALAM DAN LUAR KOTA

    MELAYANI PROYEK DAN PROGRAM PEMERINTAH ATAU KELOMPOK

    BalasHapus
  2. salam kenal kami menjual konsentrat domba dan sapi siap pakai untuk info lebih lanjut bisa kunjungi blog kami di https://mahesamutiaratani.blogspot.co.id/
    atau tlp/wa : 085778089795

    terima kasih

    BalasHapus