Breaking News
Loading...
Minggu, 31 Maret 2013

Info Post


INTONASI suaranya masih jelas, meski usia sudah jalan tigaperempat abad lebih, tepatnya 77 tahun. Seperti saat mengajar di kelas VI SD Negeri Karya Dharma (Karma/KD) II Surabaya, sekira 32 tahun lalu, Pak Madi, sapaan kami kepada Drs H Soemadi, memberi beberapa arahan dan ajakan bijak kepada bekas anak didiknya, Minggu (06/03/2011).

Ajakan bijak Pak Madi itu, menurut kami, tentu disampaikan dari lubuk hatinya yang dalam ke hati terdalam bekas siswanya. Ini bisa saya --dan mungkin teman-teman lain-- rasakan, ketika hati ini tidak mampu membantah apa yang dia sampaikan dalam acara Reuni 32 Tahun Angkatan 1979 SDN KD II itu.

‘Tausiyah’ Pak Madi kepada bekas siswanya yang sekarang sudah berkeluarga dan berusia rata-rata 45 tahun itu memang tidak banyak, karena terbatasnya acara reuni. Namun ada dua poin ajakan Pak Madi yang menurut kami sangat bermanfaat dalam menapaki hidup menjelang senja ini.

“Tetaplah beraktivitas dan jangan lupa selalu bersilaturahmi,” tutur Pak Madi.

Umur manusia, sebagaimana juga rezekinya, memang sudah ditetapkan Allah SWT, bahkan sebelum kita dilahirkan. Namun, bagi kita (yang Muslim) tentu ada pegangan yang bisa membenarkan ajakan Pak Madi. Dalam sebuah hadis Nabi SAW menyatakan, ”Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.” (HR. Bukhari)

Yang bisa jadi panutan, Pak Madi tidak hanya talk only. Sampai sekarang, Pak Madi tetap beraktivitas. Tentu saja aktivitas Pak Madi sesuai dengan usianya.

Misalnya, di rumahnya sekarang, di kawasan Trosobo, Taman, Sidoarjo, Pak Madi sepertinya tidak mau tinggal diam. Lahan kosong di sekitar rumahnya tak dibiarkan telantar. Dia menanam apa saja tanaman yang bisa diambil manfaatnya.

“Ini salah satu bentuk silaturahmi saya, dengan lingkungan alam sekitar,”  jelas Pak Madi, yang menurut saya, sangat dalam makna hakikatnya. Dalam, karena alam sekitar dengan kita sama-sama ciptaan-Nya yang juga perlu diakrabi, sama-sama butuh hidup agar lestari, agar terjaga keseimbangan. Dan ini sebagai salah satu wujud komunikasi vertikalnya dengan Sang Pencipta, ngaji alam.

Tidak hanya berinteraksi dengan alam, Pak Madi tetap menjaga hubungan horisontal lewat silaturahmi dengan kerabat dan tetangga rumah. Tentu saja dengan bekas-bekas siswanya yang sekarang sudah banyak jadi ‘orang’.

Sebagai seorang guru yang puluhan tahun mengajar, Pak Madi sekarang tentunya punya ribuan bekas siswa yang tidak seluruhnya bisa diingat satu per satu. Yang mungkin bisa diingat, tentu nama bekas siswanya yang dulu jadi ‘tokoh’ di kelasnya. Seperti Pungki yang kemampuan lebih ketimbang siswa angkatan 1979 lainnya dan sejak kelas 1 sampai kelas 6 selalu jadi ketua kelas. Atau Ari Widodo, atau Dian Marliana, atau ‘tokoh’ siswa-siswi lainnya.

Karena itu, dia mengaku sangat senang dan berharap disapa lebih dulu kalau kebetulan berpapasan di jalan. Lebih-lebih kalau ada undangan reuni eks siswanya, seperti yang dilakukan angkatan 79 kemarin. Kalau tidak ada kendala penting, Pak Madi akan menyempatkan waktunya mendatangi undangan tersebut.

Di depan eks lulusan 1979, Pak Madi mengungkapkan banyak perasaan yang serasa memompa semangatnya lagi. Terharu, bangga, senang dan bersyukur menjadi satu. Dan itu diakui Pak Madi menjadi energi penyemangat hidupnya. Juga bersyukur karena sudah pernah menyampaikan ilmu-ilmunya kepada anak didik yang dititipkan kepadanya…  

Masih terngiang, saat Murni, teman yang bertubuh subur ini menyanyikan sebuah lagu dengan penuh perasaan…

“Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa

Kita jadi tau beraneka bidang ilmu dari siapa

Kita jadi pintar dididik pak guru

Kita bisa pandai dibimbing bu guru

Gurulah pelita penerang dalam gulita

Jasamu tiada tara.......”

Terima kasih Pak Soemadi, terima kasih kepada ibu/bapak guru yang lain, terima kasih kami dari hati yang dalam…(pri)

0 komentar:

Posting Komentar